Artikel : Bisnis Langitan

Artikel : Bisnis Langitan

Oleh :  Toto Sucartono, MBA
(Direktur Operasional PT Sentralsari  Primasentosa/Grup Minuman Cleo)

Terkadang kita tidak sabar ingin segera melihat hasil. Ingin mendapatkan sukses yang kita harapkan. Itu tabiat lumrah manusia. Hanya perlu pula dipahami bahwa untuk sampai pada titik keberhasilan, butuh proses. Ada rangkaian tahapan yang kudu dilewati. Perlu kesabaran. Plus prasyarat di dalamnya. 
Artinya untuk mendapatkan hasil yang diharapkan, mesti melewati usaha dan perjuangan. Tidak jarang perjuangan yang ditempuh berliku penuh tantangan. Melewati banyak rintangan, onak duri, jatuh bangun, hingga berdarah-darah. 
Apakah dengan semua upaya itu lantas usaha atau bisnis kita bisa membuahkan hasil seperti yang diharapkan? Ternyata tidak. Malah sebaliknya, hasil yang diterima kerap jauh panggang dari api. Bukan untung, tapi malah buntung. Bukan income yang didapat, melainkan kerugian yang diderita. Lho kok bisa begitu? Terus bagaimana agar usaha kita berjalan dengan lancar dan bisa menggapai kesuksesan? 
Itulah pentingnya seni marketing. Seni atau kiat-kiat yang diterapkan akan melengkapkan konsep dan strategi bisnis yang kita rancang. Sungguhpun demikian, kerja usaha tidak serta merta berbanding lurus dengan hasil yang didapat. 
Harap dipahami pula bahwa segala proses dalam kehidupan ini tidak berjalan sendiri dan mandiri. Tetapi ada yang mengaturnya, yakni Tuhan semesta alam. Begitupun segala kiprah manusia, termasuk di dalamnya dimensi usaha, bisnis dan ekonomi.   
Oleh sebab itu, untuk menggapai sukses dalam usaha, kita tidak bisa menavikan Allah. Justru Allah-lah tempat bergantung dan yang menentukan sukses kita.
Karenanya dalam khasanah agama, dikenal adanya ikhtiar lahiriyah dan ikhtiar batiniyah. Ikhtiar lahiriyah merupakan usaha yang dilakukan secara umum berdasar kemampuan tenaga dan pikiran kita. Sedang ikhtiar batiniyah adalah usaha yang terkait dengan keyakinan akan Allah, Tuhan semesta alam, serta Allah pula yang menentukan hasil kerja kita. Dalam hal ini ada dimensi spiritual, bahwa pada akhirnya Allah-lah yang menentukan sukses tidaknya seseorang. 
Karena itu, di samping upaya secara lahiriyah, kita juga perlu melengkapinya dengan upaya spiritual dengan mengerjakan amalan-amalan yang dituntunkan dalam agama. Dengan demikian Allah akan semakin cinta dan sayang kepada kita. Selain itu, selaras dengan upaya tersebut tentu kita penting untuk senantiasa berdoa. Memohon kepada Allah agar apa yang diharapkan dan dicita-citakan kiranya dapat kabulkan Allah. Sehingga dengan semua ikhtiar itu, Allah menjadi ridho dan mewujudkan harapan kita. Itulah jalan tol menuju sukses.  
Dalam konteks marketing, di samping jalan atau medan pasar riil, ada jalanan lain yang juga mesti kita tempuh. Ya jalan spiritual. Lantas apakah kedua jalan itu berbeda? Tidak, karena sesungguhnya kedua jalan itu berseiringan. 
Sukses merupakan titik temu dari kedua ujung jalan tersebut. Kendatipun seolah keduanya terpisah, namun sesungguhnya keduanya berkelindan dan saling menyokong. Adakalanya upaya di jalanan riil melesat dengan suport laku spiritual. Atau berkat upaya spiritual, usaha riil tanpa banyak kendala dan seperti serba dimudahkan. Ya semacam jalan tol. Jalan yang serba lancar dan tanpa hambatan.
Itulah marketing langitan. Atau marketing dalam dimensi transendental atau poros langit. Marketing itu mempertautkan antara realitas jalanan dalam konteks riil dan spiritual. 
Hebatnya marketing jenis ini tanpa ada ruginya. Ah masa sih? Mungkin Anda meragukan, tapi faktanya ya begitu. 
Terus dasarnya dari mana? Kok dalam teori ekonomi di kampus-kampus tak ditemukan? 
Untuk kita dari kalangan Muslim mungkin sudah membaca ada jurus khusus soal itu. Ya, dalam kitabullah Al-Qur'an surat Fathir ayat 29. Dalam ayat itu Allah berfirman: Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca Al-Qur'an dan mengerjakan shalat dan menafkahkan (bersedekah) sebagian dari rizqi yang Kami anugerahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan (bisnis) yang tidak akan merugi. 
Lewat ayat spesial tersebut Allah memberikan treatment yang menjadi kunci dan jurus ampuh untuk bisnis yang tidak ada ruginya. Bisnis yang selalu untung!
Para ahli ekonomi mungkin akan berkenyit kening. Mana mungkin ada bisnis yang selalu untung dan tidak ada ruginya. Yang namanya bisnis memang lekat dengan dua sisi, untung dan rugi. Suatu saat bisa untung, dan di saat yang lain malah rugi. Itulah konsekuensi logis dari semua bisnis. Karenanya seorang pebisnis mesti siap dengan resiko itu. 
Tetapi Allah di surat Fathir tersebut menunjukkan adanya perniagaan atau bisnis yang tanpa resiko itu. Bisnis yang 'tijarotan lantabur', tidak pake rugi. Lantas seperti apa bisnisnya? Dan bagaimana kiat-kiatnya? 
Dalam surat Fathir ayat 29, Allah menyebutkan bahwa perdagangan (tijaroh) yang tidak ada ruginya, yaitu membaca Al-Qur'an, mengerjakan shalat, dan bersedekah. Dari ayat tersebut Allah menunjukkan tiga jenis bisnis yang selalu untung, tanpa merugi. Sudah tentu, karena ketiganya merupakan amalan ibadah yang selalu mendapat ganjaran bagi yang mengerjakannya. Allah akan memberi reward bernilai pahala besar. 
Namun di luar itu, ada makna lain di sebaliknya. Lewat ayat tersebut Allah seakan memberi treatment khusus kepada kita yang mau berbisnis. Ketiga amalan itu merupakan upaya spiritual yang ditunjukkan Allah untuk melengkapkan ikhtiar bisnis kita. Maksudnya, selain kiat-kiat usaha sebagaimana lazimnya dalam praktik bisnis, masih perlu ditambah jalan spiritual melalui tiga amalan tersebut.
Sepintas mungkin kita sulit mencari korelasi antara kandungan ayat 29 surat Fathir itu dengan praktik dan kaidah-kaidah bisnis. Seakan keduanya Jaka Sembung, alias tidak nyambung. Namun bila kita cermati, ada benang merah antara keduanya.    
Sebagaimana kita ketahui, ayat-ayat dalam Al-Qur'an adalah firman Allah yang pasti nilai kebenarannya. Allah sengaja menurunkan Al-Qur'an agar menjadi petunjuk bagi aktivitas sekalian manusia dalam mengarungi kehidupan. Semua nilai-nilai yang terkandung di dalamnya bersifat baik (hasanah) dan pasti. Tinggal soal pemahaman dan keyakinan kita. 
Jika dipraktikkan, ketiga amalan itu akan bergerak aktif mendorong proses pelaksanaan bisnis. Apalagi baik membaca Al-Qur'an, shalat, maupun sedekah, semuanya merupakan amalan ibadah yang luar biasa. Dengan mengamalkan ketiganya, arah kehidupan manusia menjadi jelas. Ada keyakinan dan optimisme yang terbangun kokoh. Semuanya itu menjadi sendi-sendi sukses. Mereka senantiasa dalam kebaikan hidup, serta dinaungi oleh hidayah dan keberkahan dari Allah.

(Rofin/roh)