Strategi Partai Politik Dalam Pemenangan Calon Presiden Dengan Bijaksana Menurut Mahasiswa
Oleh :
Muhammad Salisul Khakim, S.IP., M.Sc.
Arif Al-ikhsan
Tansah Alimah
Trisna Saraswati
Rosita Aliyah
Hatma Yura Maulidina
Rani Fahrudina
Universitas Aisyiyah Yogyakarta
PENDAHULUAN
Pemilihan umum adalah cara pemilihan demokratis dengan menempatakan seorang yang pantas dan berkompeten dalam memperjuangkan hak-hak rakyat. Lembaga Perwakilan rakyat di MPR, DPR, DPRD dan DPD merupakan sebuah lembaga yang terdapat dalam sebuah instrument Negara dimana posisi legislatif merupakan sebuah kedudukan yang sarat akan kepentigan. Sebagai jembatan dalam menuju sebuah kontestasi politik seorang caleg tentunya tidak bisa berjalan sendiri tentunya dibutuhkan strategi dan kendaraan untuk dapat memenangkan kontestasi tersebut. Maka partai Politik merupakan sebuah wadah bagi masyarakat yang mempunyai potensi dalam kepemimpinan dan bernegara. Menurut (junaedi dalam Palupi, 2020) untuk memenangkan pemilu dibutuhkan rancangan strategi politik yang menarik untuk meraup massa yang banyak dengan strategi yang tepat. memberikan kontribusi yang besar bagi kandidat dan partai.
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dan metode kuantitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bersifat deskriptif dan cenderung menggunakan analisis. Proses dan makna lebih ditonjolkan dalam penelitian kualitatif. Landasan teori dimanfaatkan sebagai pemandu agar fokus penelitian sesuai dengan fakta di lapangan. Peneliti menggunakan observasi dan angket dalam mengumpulkan data-data di lapangan.
Penelitian kuantitatif adalah penelitian ilmiah yang sistematis tentang fenomena, bagian-bagiannya, dan ringkasan satu sama lain. Tujuan penelitian kuantitatif adalah untuk mengembangkan dan menggunakan model matematis, teori, atau hipotesis yang berkaitan dengan fenomena tersebut. Peneliti menggunakan metode kuesioner dalam mengumpulkan data-data di lapangan. Data-data yang diperoleh selanjutnya diolah dalam bentuk artikel.
PEMBAHASAN
Partai lahir dari kehendak masyarakat. Program dan keanggotaannya mengacu pada kepentingan mereka. Masyarakat memberikan nuansa politik dalam aktivitas partai dengan cara menawarkan pada para pemilik hak suara pilihan-pilihan politik. Segenap elemen masyarakat diorganisasikan dan difusikan melalui agen pemerintahan kedalam sistem kesejahteraan umum dan kepentingan publik. Jadi, masyarakat tidak harus terpecah-belah hanya karena perbedaan partai, karena mereka semua berada dibawah paying kepentingan publik dan tujuan untuk mewujudkan kesejahteraan bersama.
Untuk mencapai tujuan politik dan memenangkan pemilu, strategi dan politik harus bekerja sama. Setiap tim dan kandidat yang menang memiliki cara unik untuk mendapatkan suara publik. Strategi dapat menawarkan keuntungan khusus dalam membangun dan menciptakan kekuatan melalui kontinuitas dan konsistensi. Pada dasarnya, strategi adalah merencanakan dan mengelola suatu tujuan untuk dicapai. Strategi harus sesuai dengan tujuan agar dapat dikontrol lebih mudah dan cepat (Nyimas dalam Safira, 2019).
Berdasarkan responden yang kita kumpulkan strategi partai politik dalam pemenangan presiden dan wakil presiden menurut mahasiswa sebagai berikut :
Latar belakang dan penciptaan citra yang baik di masyarakat
Partai politik dapat memperhatikan terlebih dahulu latar belakang capres dan cawapres sebelum didaftarkan di KPU. Kinerja capres dan cawapres dapat dijadikan cerminan ketika menjabat sebagai presiden. Partai politik perlu membuat citra yang baik di mayarakat. Baik partai politik maupun pemimpin politik sangat memperhatikan pembentukan citra politik melalui komunikasi politik dalam upaya untuk menciptakan stabilitas sosial melalui pemenuhan kebutuhan masyarakat.
Promosi politik menggunakan media sosisal
Penggunaan media sosial yang tinggi di Indonesia bukan hal yang baru. Keterlibatan masyarakat terhadap media sosial telah meningkat sejak titik naiknya di tahun 2012. Media sosial mulai meluas ke komunikasi antar individu dan institusi, awalnya hanya digunakan untuk bersosialisasi dengan teman dan kerabat .Setelah menyadari fenomena ini, partai politik dan kandidat mulai mempertimbangkan media sosial sebagai alat untuk berhubungan dan mempromosikan barang dan jasa mereka kepada pemilih mereka. Bahkan menjelang Pemilu Legislatif, partai politik mulai gencar membuat akun untuk melakukan kampanye terhadap caleg dan partai politik mereka.
Dari surve tersebut, dapat dilihat dari 4 indikator aplikasi Tiktok yang digemari dikalangan generasi modern. Dengan adanya modernisasi, generasi muda semakin banyak memanfaatkan media digital untuk menggali informasi dan mengekspresikan partisipasi politiknya. Sebanyak 76% dari generasi muda menggunakan media digital untuk memiliki pengaruh politik, yang berarti mereka lebih mudah terlibat dalam politik.
Dukungan Tokoh Yang Paling Berpengaruh Terhadap Partai Politik
Sebagai negara kesatuan yang berasas kekeluargaan, kehendak rakyat yang sangat majemuk dan butuh suasana baru diaspirasikan oleh partai politik baik guna meraih simpati massa.
Mahasiswa yang memilih kyai dan anggota legislatif seimbang, presentase terendah jatuh pada pegawai pemerintahan.
Mahasiswa menganggap ulama atau kyai penting dalam hal ini karena mereka dapat menentukan populasi yang diinginkan dan juga bertanggung jawab atas kebijakan partai. Tidak dapat disangkal bahwa kekuatan karismatik ulama atau kyai dapat memanipulasi massa, seperti yang terlihat dalam pemilihan sebelumnya. Baik secara sadar maupun tidak sadar, ulama atau kyai bergerak di bidang keagamaan masyarakat, yang kemudian digunakan sebagai figur politik untuk menarik massa. Oleh karena itu, masyarakat sering mengikuti yang dikatakan ulama. Ini berarti bahwa partai politik harus mendekatkan diri pada kyai, terlepas dari rencana partai untuk mendapatkan simpati massa. Hal ini terjadi karena mayoritas masyarakat beragama islam.
Suara terbanyak kedua sebanyak 40% mahasiswa memilih tokoh anggota legislatif. Partai politik yang mempunyai relasi dengan anggota legislatif akan lebih mudah mendapat informasi tentang pemilu dan dapat dijadikan mentor dalam pengambilan kebijakan, selain itu anggota legislatif juga dapat menarik kepercayaan masyarakat dan mendapat suara lebih banyak.
Kampanye dengan bentuk pemasangan atribut partai (spanduk, stiker,brosur), pemamfaatan media elektronik, pemamfaatan media massa, dan melalui bakti sosial.
Kampanye merupakan sebuah proses pengumpulan massa pendukung dan kampanye juga bisa dikatakan promosi kepada pemilihnya yang merupakan tahapan penting, karena dalam kampanye merupakan sarana bagi setiap partai politik untuk menyampaikan visi, misi dan programnya sebagai proses menarik simpatik massa. Kegiatan kampanye pemilu adalah proses mempersuasi khalayak untuk bersedia menerima, mendukung, dan akumulasinya adalah memilih partai atau kandidat yang dikampanyekan (Anwar, M. Khoirul dan Salvina, 2006). Saat ini, partai-partai di Indonesia memiliki berbagai strategi kampanye yang berbeda.
Peneliti lebih menekankan kampanye politik, yang tujuannya adalah untuk mendapatkan dukungan masyarakat terhadap kandidat-kandidat yang diangkat oleh partai politik agar mereka dapat menduduki jabatan politik melalui proses pemilihan umum. Kampanye politik terdiri dari waktu yang tepat bagi setiap pasangan calon untuk menyampaikan program-programnya agar masyarakat memeriksa program apa yang ditawarkan pasangan calon presiden untuk kesejahteraan warganya di masa depan.
Menurut Nursal (dalam Firmanzah, 2007) dalam political marketing, terdapat tiga strategi kampanye politik yaitu: pemasaran produk politik secara langsung kepada calon pemilih (Push Political Marketing), pemasaran produk politik melalui media massa (Pull Political Marketing), dan melalui kelompok, tokoh atau organisasi yang berpengaruh(Pass Political Marketing).
Berdasarkan data tersebut stategi dan pola kampanye menurut 50% mahasiswa adalah dengan melakukan kampanye secara langsung (Push Political Marketing) yaitu melakukan sosialisasi dari daerah ke daerah lain untuk menyampaikan visi misi dan progam-progam mereka terhadap rakyat. Kampanye secara langsung masih diperlukan dalam era digital, hal ini dikarenakan tidak semua lapisan rakyat dapat mengikuti media sosial. Kampanye secara langsung juga dapat menciptakan kedekatan dengan masyarakat serta dapat meninjau secara langsung kondisi dan calon seperti apa yang dikehendaki oleh masyarakat.
Pemilihan calon kandidat yang berkompeten dan berpengalaman.
Masyarakat bebas berpendapat dan berkehandak dalam menentukan pemimpin mereka. Dalam surve yang dilakukan oleh peneliti, lebih dari 50% mahasiswa memilih presiden dan wakil presiden yang berpengalaman hal ini bertentangan dengan anggapan bahwa usia mempengaruhi kinerja, usia yang lebih muda dianggap lebih cekatan dalam menghadapi masalah dan melaksanakan kebijakan-kebijakannya.
Berdasarkan data tersebut dapat dilihat bahwa calon yang berpengalaman lebih penting dari usia. Sebanyak 70% mahasiswa lebih memilih yang berpengalaman karena dengan pengalaman tersebut akan lebih mudah dalam mengatur negara dan menangani masalah. Hal ini sesuai dengan pepatah “pengalaman adalah guru terbaik” dikutip dari Cicero.
Analisis SWOT adalah strengths (kekuatan), weaknesses (kelemahan), opportunities (peluang), dan threats (ancaman).
Analisa Situasi dan Penilaian Analisa Situasi dan Penilaian membahas ,dan mengevaluasi fakta-fakta yang harus dikumpulkan ,pemetaan kekuatan dan kelemahan ,serta kemungkinan keberhasilan dalam mencapai tujuan (Freddy Rangkuti,2005:10)
Terdapat 4 aspek dalam analisa situasi yaitu sebagai berikut :
Pengumpulan fakta
Ada dua jenis fakta yang dikumpulkan: fakta internal dan fakta eksternal. Fakta internal berkaitan dengan organisasi itu sendiri, sedangkan fakta eksternal berkaitan dengan pesaing dan situasi.fakta kedua ini harus ada di lingkungan di mana proses pemenangan terjadi. sehingga tidak ada keraguan tentang sikap atau yang harus dilibatkan dalam strategi implementasi
- Terbentuknya Kekuatan dan Kelemahan berarti bahwa informasi yang dikumpulkan akan disusun secara sistematis dan dievaluasi berdasarkan tingkat urgensinya . Jika informasi baru ditemukan mendukung, itu akan menjadi kekuatan, tetapi jika faktanya jika ditemukan terhalang, itu akan menjadi kerugian, sehingga dari fakta yang ditemukan akan mempengaruhi perencanaan tindakan yang akan dilakukan dalam kondisi tertentu. Dalam kasus lain, dapat dianggap bahwa Kekuatan yang dimiliki oleh pihak lain akan menjadi kelemahan bagi pihak lain juga sebaliknya kelemahan pesaing dapat berfungsi sebagai kekuatan.
- Dalam analisis kekuatan dan kelemahan ini, pihak menentukan kekuatan dan kelemahan berdasarkan tingkat kepentingan. Setelah itu, kelemahan apa yang harus diperbaiki.
Salah satu cara untuk menentukan siapa yang memiliki peluang lebih besar untuk mendapatkan simpati masyarakat adalah dengan membandingkan yang mendukung institusi dan siapa yang menentangnya .Partai mana yang lebih populer dan disukai masyarakat sebagai konstituen mengikuti tren politik saat ini, dan partai mana yang lebih mengambil pendekatan yang berkaitan dengan identitas budaya masyarakat.
KESIMPULAN
Berdasarkan data diatas menunjukan pentingnya stategi partai politik yang cocok dengan situasi sekarang, agar dapat memenangkan calon kandidat masing-masing partai. Dari data tersebut dapat disimpulkan kriteria presiden dan wakil presiden yang diinginkan oleh masyarakat terutama mahasiswa. Partai politik dapat mengkaji lagi strategi yang mereka gunakan pada pemilu 2024 mendatang. Strategi partai politik menurut mahasiswa masih efesien jika dilakukan pada pemilu 2024 yaitu ; Background capres dan cawapres, Promosi politik dengan media sosial, Dukungan tokoh (kyai,anggota legislatif), Push Political Marketing, Kandidat yang berkompeten dan berpengalaman, dan Analisa SWOT.
-----------------------------------------------------------
DAFTAR PUSTAKA
Safanti, C. (2016). Strategi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) Dalam Memenangkan Jokowi Pada Pemilu Presiden Tahun 2014 (Studi Pada PDI-P Provinsi Sumatera Utara).
Ibad, S., & Musdalifah, M. (2020). Partai Politik: Tinjauan Strategi Dalam Meraih Dukungan Massa. Publik (Jurnal Ilmu Administrasi), 8(2), 89-100.
Lindawati, D. S. (2013). Strategi Partai Politik dalam Menghadapi Pemilu 2014. Jurnal Politica Dinamika Masalah Politik Dalam Negeri dan Hubungan Internasional, 4(2).
Meifilina, A. (2021). Media Sosial sebagai Strategi Komunikasi Politik Partai Golkar dalam Melakukan Pendidikan Politik. Jurnal Komunikasi Nusantara, 3(2), 101-110.
Muchtar, K., Sunan, U., & Djati (Kumorotomo, 2009)Bandung, G. (2016). Komunikasi politik dan pembentukan citra partai. Jurnal Ilmu Komunikasi, 14(2), 136-147.